Sebuah Refleksi, Melontar Ingatan Dua Tahun Silam
![]() |
Di salah satu sudut kampus, di bawah rindangnya rimbunan pohon (17/11/14) |
Aku masih saja merangkai gerbong-gerbong kata ini, yang nantinya akan kubuat menjadi kereta cerita yang bagus untuk dibaca. Sekedar merefleksi ceritaku di 'pagi' ini.
Aku lempar ingatanku dua tahun yang lalu, masa-masa sesaat setelah aku menerima kabar gembira bahwa, aku dinyatakan "LULUS". Senyum mengembang terpampang indah di semua orang. Ya, sebelumnya penantian panjang penuh ke dag-dig-dug kan menghantui hingga pengumuman ini keluar. 100 % Siswa dinyatakan lulus.
Tak ubahnya kala kelulusan MTs, setelah lulus MA aku harus menjatuhkan pilihan. "Aku ingin kuliah", dalam batinku. Mantap. Hanya saja belum sempat kusampaikan keinginan itu kepada orang tua, Bapak sudah lebih dulu menanyakanya. "Kamu sudah, lulus. Terus kamu pinginya lanjutin kemana?", begitulah kira-kira pertanyaanya. Aku pun sempat terdiam memikirkan segala resiko, sebelum akhirnya menjawab, "Aku pingin kuliah pak", jawabku lirih. Sama, Bapak pun terdiam sejenak setelah mendengar jawabku.
Suasana mendadak hening sesaat, linglung, penuh tanya, siapa yang harus memulai percakapan selanjutnya. Bapak, terlihat sedikit menggeser duduknya, pandanganya sudah tidak lagi tertuju padaku. Sengaja mengalihkan pandangan. "Tapi gini, kalau kamu kuliah. Nanti adek-adek mu tidak bisa lanjut sekolah", tuturnya lembut. "Soalnya, duitnya pasti nggak cukup kalau buat ngebiayain semuanya", sambungnya.
Jlebbb ...!!, Kepalaku reflek menunduk begitu saja. Mencoba memahami apa yang barusan dikatakan oleh Bapak. Entah kenapa langsung terbayang wajah adek-adek ku. Aku punya 3 oranga saudara, semuanya sekolah sekaligus mondok di pondok pesantren. Sama sepertiku, Selisihnya tiga tahun, tiga tahun. Jadi ketika masa-masa lulusan. Kita lulus bareng-bareng, Kala aku lulus MA, Adek ku nomor satu, Lulus MTS, yang nomor dua, Lulus SD. Sehingga ketika mau lanjut ke jenjang selanjutnya, orang tua harus mengeluarkan biaya rangkap.
"Ya jangan, adek ya tetep harus lanjutin sekolah. Kulo (Saya) nglanjutin mondok mawon", jawabku sedikit gamang. Karena bukan jawaban yang terpikirkan sebelumnya. Aliran darah di otakku mengalir deras saat itu, mencoba memutar otak. Mencari solusi yang terbaik. "Ya dah gitu aja Pak, Kulo tak mondok mawon, adek-adek lanjut sekolah", aku mengulanginya kembali. Memantapkan jawabanku. Padahal dalam hati yang terdalam itu bukan pilihan. "Tapi nanti Kulo tak coba nyari beasiswa, siapa tahu bisa dapat beasiswa, bisa kuliah gratis", lanjutku, mencoba menyusun puing-puing harapan. "Mondok dimana?" Tanya Bapak. "Mondok di Sarang", jawabku spontan. "Ya dah, tapi nanti Bapak bicarakan dulu sama Mak (Ibu). Cukup apa nggak kalau buat mbiyayai kuliah".
Aku tak terlalu berharap pada kata-kata bapak yang terakhir, karena aku juga tahu bagaimana kondisi ekonomi orang tua. Percakapan pun selesai, Bapak meminta pamit untuk pulang. Sedangkan aku kembali ke Gotakan (kamar).
Tak menunggu lama, sesampai di Gotakan aku langsung tanya-tanya ke beberapa teman, termasuk ke kakak-kakak kelas yang sudah lulus terkait macam-macam beasiswa, dan bagaimana cara mendapatkanya. Saat itu aku memperoleh banyak informasi. Beasiswa Bidikmisi, PMDK, PSSB. Saat itu aku juga dapat beasiswa jalur undangan, ke beberapa perguruan terkenal di Indonesia. Aku bisa masuk ke salah satu perguruan tinggi tersebut, namun tetap saja harus membayar. Aku mengurungkanya.
Akhirnya aku mendaftar jalur PSSB, dan keterima. Semua siswa yang keterima jalur PSSB diminta untuk membayar uang pendaftaran esoknya. Namun pikiranku masih saja, tetap harus membayar. Akhirnya aku mengurungkan untuk mengambil PSSB ku, padahal esok adalah batas akhir pembayaran.
Saat itu, aku sudah berada diujung kepasrahan. "Aku jadi mondok", sepintas kalimat itulah yang ada dalam benak. Namun entah karena apa, mungkin Jibril lagi baik padaku, tiba-tiba aku dapat kabar kalau ada beasiswa santri berprestasi (PBSB). Dan itu masih dibuka pendaftaranya. Meski teman-teman banyak menyarankan supaya mengambil yang PSSB saja, karena belum tentu nanti aku keterima di PBSB.
![]() |
Foto ini, diambil saat seleksi PBSB tingkat Propinsi di Watu Gong, Semarang. Lupa berapa MP kamera HP ku saat itu ..hhe |
"Aku jadi kuliah !"
Post a Comment for "Sebuah Refleksi, Melontar Ingatan Dua Tahun Silam"
Post a Comment