Gerak Peredaran Matahari dan Bulan
MATAHARI
Matahari adalah benda langit yang berbentuk bola gas
pijar yang menyala yang amat panas. Matahari mempunyai dua macam gerakan, yaitu:
Gerakan Hakiki dan Gerakan Semu.
1. Gerakan Hakiki Matahari
Gerakan
hakiki adalah gerakan sebenarnya yang dimiliki matahari. Gerakan hakiki
matahari ini ada dua macam, yaitu:
a. Gerakan Rotasi
Penyelidikan
yang seksama menunjukkan bahwa matahari berputar pada sumbunya dengan waktu
rotasi di ekuatornya 25 hari sedangkan di daerah kutubnya 27 hari. Perbedaan
waktu ini dapat dipahami mengingat matahari itu merupakan sebuah bola gas yang
berpijar.
Gerakan
rotasi ini dapat diamati jika pada matahari terdapat noda-noda (sun spot) yang
berada di sebelah pinggir kanan bulatan matahari, maka kira-kira dua minggu
kemudian noda-noda itu kelihatan lagi di pinggir sebelah kiri. Menandakan bahwa
matahari itu berputar pada porosnya ( berotasi).
b. Bergerak di antara gugusan-gugusan
bintang
Di
samping berputar pada porosnya, matahari beserta keseluruhan sistem tata surya
bergerak dari satu tempat ke arah tertentu. Daerah yang ditinggalkan disebut
anti apeks yang terletak di sekitar rasi bintang sirius menuju apeks yang
terletak diantara bintang wega dan rasi herkules.
Penelitian
berikutnya menunjukkan bahwa pergerakan matahari beserta keseluruhan sistem
tata surya mencapai kecepatan 20 km/detik atau 72.000 km/jam. Dengan demikian
setiap tahun susunan tata surya bergerak sepanjang 365 x 24 x 60 x 60 x 20 km =
+ 600 juta km.
2. Gerak Semu Matahari
Matahari
termasuk bintang tetap. Besarnya 1.378.000 kali besar Bumi. Diameternya 109,1
kali diameter Bumi. Jarak antara bumi sampai matahari rata-rata 150 juta km (1
AU) dengan jarak terdekat sekitar 147 juta km dan jarak terjauh sekitar 152
juta km. Sinar matahari berkecepatan 300 ribu km/detik, sehingga waktu yang
diperlukan sinar sampai ke permukaan bumi selama sekitar 8 menit. Matahari
termasuk sumber panas. Temperatur di permukaan matahari sekitar 6 ribu derajat
Celcius.
Perjalanan
harian matahari yang terbit dari timur dan terbenam di barat itu bukanlah gerak
matahari yang sebenarnya, melainkan disebabkan oleh perputaran bumi pada
sumbunya (rotasi) selama sehari semalam, sehingga perjalanan matahari yang
seperti itu disebut perjalanan semu matahari. Perjalanan semu matahari dan juga
benda-benda langit lainnya senantiasa sejajar dengan equator langit.
Di
samping itu, matahari melakukan perjalanan tahunan, yakni perjalanan matahari
ke arah timur dalam waktu satu tahun (365.2425 hari) untuk sekali putaran,
sehingga ia menempuh jarak 0°59’08.33”
setiap hari.
Adapun
gerakan semu Matahari ini ada dua macam, yaitu :
1. Harian (gerak diurnal)
Terjadi
akibat gerak rotasi Bumi. Periode menengahnya 24 jam. Arah gerak dari Timur ke
Barat. Kemiringan lintasan gerak harian matahari tergantung letak lintang
geografis pengamat. Di equator berupa lingkaran tegak, di kutub mendatar, di belahan Bumi selatan miring ke
utara,
dan di belahan Bumi utara miring ke selatan. Kemiringannya sesuai besar
lintangnya.
2. Tahunan ( Gerak Annual )
Arah
gerak tahunan matahari ke arah Timur sekitar 1 derajat busur setiap harinya.
Maka kita dapat menghitung dengan: 360°:
365,2425 hari = 0°59’
perhari (hampir 1°).
Periode gerak semu tahunan matahari 365 hari. Arah terbit dan tenggelam
matahari selalu berubah letaknya sepanjang tahun. Pada setiap tanggal 21 Maret
dan 23 September terbit di titik timur dan tenggelam di titik barat. Pada
setiap tanggal 22 juni paling utara sejauh 23° busur dari timur atau
barat dan pada tanggal 22 Desember paling selatan sejauh 23° busur. Kedua
titik tersebut dinamai soltitium (titik perhentian matahari), karena kecepatan
perubahan deklinasi matahari pada kedua titik tersebut sangat lama seakan-akan
berhenti, sedang pada titik equinox perubahan deklinasinya sangat cepat.
Titik
Capricornus dinamai juga titik musim dingin sedang titik Cancer dinamai titik
musim panas. Dinamakan demikian karena bagi belahan Bumi utara pada waktu-waktu
tersebut mulai menjalani musim dingin dan mulai menjalani musim panas.
Orbit Bumi dan Bulan |
Keberadaan
matahari yang berubah-ubah tiap tahun tersebut yang disebabkan oleh kemiringan
Bumi menyebabkan terjadinya perbedaan musim di bumi. Ketika Matahari berada di
utara, maka bumi bagian utara mengalami musim panas atau summer solstice, dan
puncak musim panas tersebut ( matahari berada di titik paling utara) pada
tanggal 21 juni. Pada saat itu matahari memiliki sudut deklinasi maksimum +
23,5 derajat. Kemudian matahari akan bergerak ke selatan dan berada di garis
equator pada tanggal 22 Maret, dengan sudut deklinasi 0° dan saat itu
matahari berada di titik musim gugur atau veral equinox.
Pada
tanggal 21 Desember matahari berada di titik musim dingin atau winter solstice,
dengan sudut deklinasi -23,5°.
Artinya matahari berada di titik paling selatan. Selanjutnya matahari akan
kembali bergerak ke utara dan mencapai ekuator pada tanggal 21 September yang
disebut dengan musim semi atau autumn equinox.
BULAN
Ada
dua macam gerakan yang di kenal dalam peredaran bulan, yaitu : gerakan hakiki
dan gerakan semu.
1. Gerak Hakiki Bulan
Gerakan
hakiki bulan ini terdiri dari tiga macam, yaitu Rotasi, Revolusi, dan bulan dan
bumi bersama-sama mengelilingi Matahari.
a. Rotasi Bulan
Rotasi
bulan adalah perputaran bulan pada porosnya dari arah barat ke timur. Satu kali
berotasi memakan waktu sama dengan satu kali revolusinya mengelilingi bumi.
Akibatnya permukaan bulan yang menghadap ke bumi relatif tetap. Adanya sedikit
perubahan permukaan bulan yang menghadap ke bumi juga diakibatkan adanya gerak
angguk bulan pada porosnya. Hanya saja gerak angguk bulan ini kecil sekali,
sehingga dapat diabaikan.
Sesungguhnya titik tengah bulatan bulan yang yang
Nampak pada kita bukanlah selalu titik titik yang sama, melainkan titik yang
selalu berubah-ubah sedikit letaknya. Dengan perkataan lain: Bagian bulan yang
dapat kita lihat dari bumi berjumlah lebih dari separoh bagian.
Kedua kutub bulan itu (Utara dan Selatan)
berganti-ganti Nampak pada kita. Kejadian ini adalah disebabkan “gonjangan”
semu bulan terhadap bumi. Keadaan ini di sebut librasi. Ada tiga macam librasi:
- Librasi dalam garis melintang
- Librasi dalam garis membujur
- Librasi parallaktis.
Librasi dalam garis melintang, terjadi karena letak sumbu bulan condong terhadap
bidang lintasanya (juga condong terhadap bidang lintasan bumi). Akibatnya
ialah, bahwa kutub utara dan kutub selatan berganti-ganti kelihatan dari bumi
sesudah berkeliling bulan itu setengah kali dilintasinya, sedang titik tengah
bulatan yang Nampak pada kita berubah-ubah letaknya.
Librasi dalam garis membujur, terjadi karena kecepatan beredarnya bulan (mengelilingi
bumi) tiada tetap. Andaikata tetap kecepatan itu, maka akan tepatlah hanya
separoh bagian yang sama betul yang selalu nampak dari bumi. Akan tetapi karena
bulan kadang-kadang cepat dan kadang-kadang kurang cepat bergeser pada
lintasanya, maka ada kalanya kelihatan sebagian dari sebelah kiri yang biasanya
tidak akan Nampak dari bumi tiada kelihatan.
Jadi sesudah ¼ waktu berkeliling, yakni ¼ bulan sideris, maka sumbu
bulan itu sudah tepat ½ kali berputar, akan tetapi bulan itu masih belum
menjalani ¼ dari lintasan seluruhnya. Itulah sebabnya, maka titik pusat bulatan
bulan yang Nampak pada kita bergeser-geser dari timur ke barat.
Librasi parallaktis, terjadi karena adanya beda lihat bagi orang-orang yang
melihat bulan dari tempat-tempat yang berlainan letaknya. Jika kita pilih 2
tempat di bumi yang berbeda letaknya (A dan B), maka orang-orang yang berdiri
di A dan B masing-masing meihat titik pusat bulan yang berbeda letaknya .
Lunar Libration |
Oleh karena jarak bumi dan bulan hanya ± 60 x jari
bumi, maka perbedaan penglihatan terhadap bulan itu sudah agak nyata. Di
sebabkan librasi yang tiga macam itu, sesungguhnya kita melihat dari separoh
bagian dari bagian dari bulan itu. Menurut perhitungan (di bulatkan):
- 3/7 tidak
pernah kita lihat dari bumi
- 3/7 tetap
menghadap ke bumi, itulah yang tetap dapat kita lihat
- 1/7 dapat
di lihat karena librasi.
Jadi yang dapat kita kenal dari permukaan bulan itu
adalah 4/7 bagian.
b. Revolusi Bulan
Revolusi
Bulan adalah peredaran bulan mengelilingi bumi dari arah barat ke timur. Satu
kali penuh revolusi bulan memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43 menit 12
detik. Periode waktu ini disebut satu bulan sideris atau syahr nujumi.
Revolusi
bulan ini dijadikan dasar perhitungan bulan qamariyah, tetapi waktu yang
dipergunakannya bukan waktu sideris, melainkan waktu yang sinodis atau syahr
iqtironi yang lama rata-ratanya adalah 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik.
Bulan
berputar mengelilingi bumi dengan periode 27 1/3 hari. Akibat kala rotasi dan
revolusi bulan waktunya bersamaan, maka daerah permukaan bulan yang menghadap
ke bumi selalu tetap. Manusia mengetahui daerah yang membelakangi bumi setelah
penerbangan pesawat Apollo yang berhasil memotret bagian belakang bulan.
Bulan
bergerak dalam peredarannya tiap hari sebanyak 24 jam. Maka yang perlu
diperhatikan posisi bulan dari posisi ijtima’ ke posisi ijtima’ lagi, lamanya 1
bulan sinodis atau 1 bulan ijtima’ 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Maka banyak orang
beranggapan pada setiap ijtima’ akan terjadi gerhana matahari, padahal tidak
demikian, karena ketika ijtima’ matahari bulan dan bumi tidak selalu pada garis
lurus, melainkan terletak dalam satu bidang yaitu bidang astronomi. Bidang
astronomi itu berbentuk tegak lurus bidang orbit bumi (ekliptika atau dairoh
buruj).
Pada
saat bulan bergerak memisahkan diri dari
konjungsinya dengan matahari, bumi juga melakukan gerakan revolusi yang
menimbulkan kesan seolah-olah matahari juga bergerak ke timur di antara
bintang-bintang yang setiap hari menempuh jarak sejauh 59’5,83” (hampir 1°), sehingga
dalam waktu 1 bulan, matahari sudah terpisah dari bintang ke arah timur hampir
sebanyak 30°.
Pada
posisi 1 matahari dan bulan digambarkan sedang konjungsi (ijtima’), yaitu
sama-sama terletak pada satu bujur astronomis. Kemudian bumi bergerak terus
mengedari matahari, demikian pula bulan terus mengedari bumi.
Bila
matahari dan bulan dalam satu bidang astronomi atau satu lingkaran lintang
astronomi maka terjadilah ijtima’. Dan dimana lingkaran lintang astronomis
dimana bumi, bulan dan matahari terletak pada 1 garis lurus maka akan terjadi
gerhana matahari.
Jika
bulan diantara bumi dan matahari, maka bulan berkedudukan konjungsi. Saat inilah
saat bulan baru. Jika letaknya bertentangan dengan matahari terhadap bumi, maka
bulan kelihatan bersinar penuh, menjadi bulan purnama. Ketika ini bulan
dikatakan berkedudukan opposisi.
Bidang
lintasan bulan mengelilingai matahari dan bidang lintasan bumi mengelilingi
matahari (bidang ekliptika) ini tidak tepat berada dalam satu bidang melainkan
miring, dengan variasi kemiringan antara 40 57’ sampai 5 20’. Akibat kemiringan
ini terdapat dua titik potong antara lintasan bulan mengelilingi bumi dengan bidangan
ekliptika. Titik potong (Simpul) ini dalam astronomi dikenal dengan Ascending Node (Uqdah Jauzahar) dan
Descending Node (Uqdah Naubahar).
Lintasan
Bumi mengelilingi matahri dan lintasan bulan mengelilingi bumi. Garis simpul
adalah garis nn’. Fase bulan baru terjadi pada waktu kedudukan bulan berada
dalam arah yang sama dengan matahari dilihat dari bumi, dan gerhana matahari
akan terjadi apabila fase bulan baru terjadi pada titik simpul n’.
Dalam
berevolusi mengelilingi bumi , pada suatu saat bulan akan berada pada arah yang
sama dengan matahari, pada saat ini Fase
bulan baru ( New Moon ) atau saat konjungsi atau Ijtimak. Sedangkan
kebalikannya yaitu saat bulan berada pada arah yang berlawanan dengan matahari
di sebut Fase bulan purnama ( Full Moon ), Pada Fase New Moon seluruh bagian
bulan yang gelap akan menghadap ke bumi. Sementara itu pada Fase Full Moon,
seluruh permukaan bulan yang terang akan menghadap ke bumi.
c. Bulan dan bumi bersama-sama mengelilingi matahari
Seperti kita ketahui bahwa bumi berevolusi
mengelilingi matahari. Begitu juga dengan bulan, karena bulan berevolusi
terhadap bumi, maka bulan pun berevolusi terhadap matahari layaknya bumi. Atau
dengan kata lain, bulan mengikuti revolusi bumi.
2. Gerakan semu bulan
a. Gerak harian
Selain gerak akibat rotasi Bumi dari arah timur kea
rah barat, bulan melakukan pergerakan revolusi mengitari bumi yang arahnya dari
barat ke timur.
Setelah berlangsung selama 7 hari, bulan kelihatan
setengah lingkaran. Rupa semu seperti ini disebut bulan perbani (First
Quarter) atau perempat pertama. Pada malam ke 15 piringan bulan terlihat
selurhnya, yang disebut bulan purnama (Full Moon). Pada saat itu bulan
mempnyai selisih bujur astronomis dengan matahari sebanyak + 180 derajat. Letak
seperti ini disebt bulan sedang beroposisi dengan matahari.
Untuk seterusnya, rupa semu bulan mlai menyusut
sedikit demi sedikit, sehingga pada tanggal ke 22 tinggal setengah lingkaran
yang disaebut Last Quarter. Akhirnya pada malam ke 29/30 bulan tidak
bercahaya lagi dan disebut bulan mati (New Moon). Pada saat itu blan memiliki
selisih bjur astronomis dengan matahari sebanyak + 0 derajat. Pada saat itu
bulan disebut berkonjungsi dengan matahari atau dalam istilah arabnya disebut ijtima’
atau iqtiron. Kira-kira satu atau dua hari setelah itu, bulan akan
menampakkan diri dengan rupa semu seperti sabit. Oleh karena itu rupa blan
tersebut diberi nama bulan sabit (Crescent).
Rupa Semu Bulan |
Adanya rupa semu bulan seperti itu merupakanakibat
dari fungsi elongasi bulan, yakni jarak sudt bulan dari matahari dilihat dari
bumi. Waktu blan “perempat pertama” berelongasi 90 derajat. Blan purnama
berelongasi 180 derajat. Bulan “perempat kedua” berelongasi 270 derajat dan saat
bulan mati berelongasi 0 derajat.
b. Bulan sideris dan sinodis
Sebenarnya bulan sekali berevolusi mengedari bumi satu
kali putar penuh memerlukan waktu 27 1/3 hari. Ditandai dengan letaknya bentuk
semu bulan selama beredar pada bumi dalam satu bulan. Bola di tengah ialah
bumi, bola-bola di sebelah luar sekali menampakkan bagian mana dari bulan
disinari matahari.
Di samping gerakan semu di atas, bulan pun mempunyai
gerakan semu yang disebut Librasi, yaitu goyangan semu bulan terhadap bumi.
Dengan adanya gerakan ini menyebabkan lebih dari setengah permkaan bulan dapat
terlihat dari bumi. Ada tiga hal yang menyebabka librasi bulan, yaitu:
Kembali ke tempat semula di latar belakang
bintang-bintang yang sama. Periode ini disebut 1 bulan sideris. Sideris artinya
bintang. Namun bentuk fasenya belum kembali ke bentuk yang sama barulah setelah
29 ½ hari bulan kembali ke bentuk fase yang sama, dari bulan baru ke bulan baru
berikutnya. Periode ini disebut 1 bulan sinodis (lunasi). Adanya
perbedaan ini terjadi akibat blan menyertai bumi mengitari matahari.
***
Refrensi:
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak ( menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta
)
Muhyidin
Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek hlm.
http://id.wikipedia.org/wiki/gerakan
matahari
M. S. L
Toruan, Pokok-Pokok Ilmu Falak Semarang SOMPOK 42
2 comments for "Gerak Peredaran Matahari dan Bulan"