Pesantren, Dulu dan Kini

Keberadaan pesantren di Indonesia sebagai basis penyebaran agama di Indonesia sudah berjalan selama berbad-abad lamanya. Secara pasti tidak tidak pernah diketahui kapan pertama kali pola pendidikan macam pesantren ini di mulai. Mem
ang banyak pendapat yang bermunculan mengenai hal ini. Namun demikian beberapa penelitian  telah menduga bahwa benih-benih kemunculan pesantren  sebagai pusat penyebaran dakwah sudah ada jauh sejak  keberadaan walisanga, yaitu sekitar abad 15.

Pada masa kelahiranya pesantren tidaklah selengkap saat ini, dimana ada ruangan khusus tempat para santri  tinggal, ada struktur keppengurusan dan lain sebagainya. Tumbuhnya suatu pesantren di masa terdahulu terutama di pedesaan diawali dengan adanya pengakuan suatu lingkungan masyarakat tertentu terhadap kelebihan seorang ulama di bidang ilmu agama islam serta kesalehanya, sehingga penduduk setempat banyak yang datang untuk belajar menuntut ilmu pada ulama tersebut.

Dalam perkembangan berikutnya, posisi peantren terasa berada di pojokan dimana banyak bermunculan  sekolah-sekolah agama atau sekolah umum. Disamping juga guna menjawab ‘tantangan hidup di masa depan’ yang makin hari makin sulit dan kompetitif.
Sehingga ini mengakibatkan sebuah pesantren selain mempertahankan pola pembelajaran lama juga sekaligus membuka sekolah-sekolah agama atau madrasah (Ibtida’iyah, Tsanawiyah, ‘Aliyah) yang strata kependidikanya sama dengan sekolah-sekolah umum bahkan juga sudah ada pesantren yang membuka perguruan tinggi.

Sayangnya dengan masuknya pola pembelajaran berbasis kurikulum modern ini dan pelajaran-pelajaran umum sesuai ketentuan pemerintah menyebabkan jam pengajian di pesantren menjadi berkurang. Kegiatan-kegiatan pesantren relatif maksimal berjalan hanya di malam hari saja, sedangkan di siang hari santri aktif di kegiatan sekolah maupun madrasah. Oleh karena itu hal ini menjadi faktor sendiri mulai dari awal masuknya santri hingga kelak santri itu keluar dari pesantren tersebut. Sejak awal calon santri sudah d hadapkan pada dilema ‘niat’, apakah niat untuk nyantri, sekolah, sekolah sambil nyantri, atau nyantri sambil sekolah. Tidak hanya itu, pesantren yang mengkolaborasikan dengan  pola pembelajaran sekolah umum juga bisa berakibat kemampuan membaca serta memahami kitab kuning menjadi ‘serba tanggung’.

Namun terlepas dari itu semua, dengan adanya sekolah-sekolah umum bagi santri juga banyak mengandung dampak positif. Selain bisa paham ilmu-ilmu umum, para santri juga siap untuk berkompetisi di masa depan. Karena dengan para santri sekolah mereka akan memiliki ijazah, sehingga para santri pun nantinya juga bisa memilik pekerjaan-pekerjaan yang beragam.

Post a Comment for "Pesantren, Dulu dan Kini"