Hari Raya Nyepi dan Penetapanya
Hari raya
nyepi adalah
hari raya yang dirayakan umat hindu pada setiap tahun baru saka. Hari raya
nyepi merupakan hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa) yang dirayakan setiap
satu tahun sekali tepatnya tanggal satu bulan ke sepuluh (eka sukla paksa Waisak) sehari setelah Tilem Kasanga (panca dasi Krsna Paksa Caitra).
Dalam keputusan bersama nomor 05/SKB/MENPAN-RB/08/2013 memutuskan hari raya
Nyepi sebagai hari libur nasional, yang mana pada tahun 2014 ini jatuh pada
hari Senin, 31 Maret 2014. Lazimnya kalender di Indonesia akan ditandai dengan
tanggal merah.
Kebanyakan orang
tahu bahwa hari itu adalah hari raya Nyepi, namun tidak banyak orang yang paham
apa itu hari raya Nyepi dan bagaimana dalam penetapanya. Terlebih jika termasuk
umat yang tidak turut merayakan.
Dalam acuanya
hari raya Nyepi mengacu kepada kalender Saka yang berkaitan erat dengan agama
hindu. Kalender Saka berasal dari India, secara resmi dimulai sejak penobatan
raja Kaniskha dari dinasti kushana tepatnya pada hari Sabtu, 14 Maret tahun 78
Masehi. Kemudian pada abad ke-4 agama hindu mulai berkembang di Indonesia
begitu juga dengan sistem penanggan Saka. Dibawa oleh seorang pendeta bangsa
Saka yang bergelar Aji saka dari Kshatrapa Gujarat (India) pada tahun 456
Masehi.
Kalender
ini eksis pada zaman kerajaan majapahit. Sebagaimana catatan Negarakertagama
dahulu setiap pergantian bulan dari Caitra ke Waisaka dirayakan secara
besar-besaran dengan berbagai bentuk ritual oleh umat Hindu, baik yang bersifat
individual maupun sosial. Hingga akhirnya pada awal abad ke-17 Sultan Agung
Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami (1613-1645) dari Mataram
menghapuskan kalender Saka dari Pulau Jawa, lalu menciptakan Kalender Jawa yang
mengikuti kalender Hijriyah. Dengan demikian tamatlah riwayat kalender saka di
seluruh jawa, digantikan oleh kalender jawa yang sangat identik dengan Islam
dan jauh dari segala macam atribut yang berbau Hindu atau budaya India. Namun
hingga sekarang kalender saka masih digunakan oleh masyarakat Hindu Indonesia,
sebagaimana yang ada di bali. Terutama untuk menentukan hari-hari besar
keagamaan mereka.
Sebelum
pelaksanaan ritual Nyepi, umat Hindu melaksanakan pertobatan (Melasti) untuk
melebur segala macam kotoran baik yanng merusak pikiran, perkataan, maupun
perbuatan. Upacara ini juga diiringi dengan perolehan air suci (angemet tirta
amerta) untuk kehidupan. Selanjutnya, sehari sebelum perayaan nyepi, dilakukan
upacara tawur yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan alam manusia
(bhuwana alit) dan alam semesta (bhuwana agung).
Pada puncak
perayaan nyepi, umat hindu melakukan catur brata nyepi, empat ritual puasa yang
dilakukan selama 24 jam. Keempat ritual tersebut yaitu, pertama, amati geni,
yakni tidak menyalakan api, sebagai simbol pemadaman hawa nafsu dari segala
godaan kenikmatan duniawi. Kedua, amati karya, yaitu libur dari segala bentuk
pekerjaan jasmani untuk lebih terkonsentrasi meningkatkan kegiatan penyucian
rohani. Ketiga, amati lelungan, menghentikan segala bentuk perjalanan jasmani,
untuk lebih mawas diri. Keempat, amati lelanguan, yaitu tidak melampiaskan kesenangan
untuk lebih memusatkan pikiran pada Tuhan yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi.
Penetapan Hari Raya Nyepi
Sebagaimana yang
telah dijelaskan dimuka, bahwasanya dalam perayaan Nyepi mengacu kepada
penanggalan Saka. Untuk mengetahui tahun saka, tahun Masehi dikurangkan dengan
78, maka hasilnya adalah tahun Saka. Angka 78 diperoleh dari selish antara
tahun Masehi dengan tahun Saka. Sedangkan untuk mengetahui tahun jawa islam,
tahun hijriyyah tinggal ditambah 512 maka hasilnya adalah tahun jawa islam. Dikarenakan
angka tahun jawa Islam selalu berselisih 512 tahun dengan tahun hijriyyah.
Kalender Saka
termasuk penanggalan syamsiyah qomariyyah atau lunisolar sehingga mengharuskan
adanya penyesuaian dengan musim yakni dilakukan dengan adanya penambahan satu
bulan atau beberapa hari (interkalasi), setiap beberapa tahun. Untuk mengetahu
kapan jatuhnya Hari raya Nyepi dapat dilakukan dengan cara tahun Saka
sebelumnya (tahun tam) dibagi 19 untuk mengetahui apakah tahun sebelumnya itu
terdapat Malamasa –malamasa adalah sisipan bulan tambahan sehingga dalam satu
tahun ada 13 bulan- dengan catatan:
a. Jika
sisa 3, 6, 8, 11, 14, 16 dan 19, maka pada tahun tersebut terdapat Malamasa
(jumlah bulanya ada 13). Jadi kita hitung jumlah tilem (new moon) setelah tahun
baru sebelumnya tersebut sebanyak 13. Sehari setelah tilem yang terakhir (tilem
ke-13) merupakan tahun baru Saka berikutnya (Hari Raya Nyepi).
b. Apabila
tersisa selain di atas, maka pada tersebut tidak terdapat malamasa. Jadi
dihitung tilemanya sebanyak 12 kali, satu hari setelah tilem yang terakhir
(ke-12) merupakan tahun baru Saka berikutnya.
Berbeda dengan
perayaan tahun baru Masehi yang penuh kemeriahan di malam pergangtian tahun,
perayaan tahun baru Saka dirayakan dengan penuh khidmah. Dirayakan dengan
berbagai macam ritual keagamaan. Termasuk didalamnya adalah ritual empat puasa
atau catur brata nyepi. Tidak berbeda jauh dengan konsep puasa didalam Islam.
Puasa dalam Islam bermakna ngeker (menahan) tidak hanya menahan dari lapar dan
dahaga, akan tetapi juga menahan diri dari hawa nafsu. Tentunya baik puasa
dalam Agama hindu maupun Islam memiliki kesamaan tujuan yaitu untuk taqarrub
atau mendekatkan diri kepada sang Khalik.
Post a Comment for "Hari Raya Nyepi dan Penetapanya"
Post a Comment