Menentukan Arah Kiblat di Malam Hari (Bagian I)


Dalam menentukan arah kiblat biasanya dilakukan di siang hari. Yaitu dengan memanfaatkan bantuan dari cahaya matahari. Alat-alat seperti Tongkat istiwa’, Mizwala, Istiwa’ain, Theodolit akan bisa dijadikan alat bantu untuk menentukan arah kiblat jika memanfaatkan bantuan dari sinar matahari, dengan kata lain kesemua alat itu baru akan bekerja jika mendapatkan cahaya matahari, jika tidak maka alat-alat tersebut tidak bisa digunakan untuk menentukan arah kiblat.

Sehingga ada problem, bagaimana jika kita ingin menentukan arah kiblat di malam hari? Tentunya tanpa bantuan dari cahaya matahari. Nah, untuk itu jangan khawatir. Kita tetap bisa menentuka arah kiblat waktu malam hari sekalipun. Prinsip yang digunakan sebenernya hampir sama dengan penentuan arah kiblat di siang hari, sebagaimana jika kita menggunakan theodolit. Perbedaanya terletak pada benda langit yang kita proyeksikan. Jika di siang hari kita menjadikan matahari sebagai proyeksi untuk menentukan arah kiblat, di malam hari tentunya kita tidak bisa mengandalkan matahari namun kita bisa menggunakan proyeksi dari benda-benda langit yang lain. Semisal; bulan, Mars, Venus, Jupiter dsb.

Bulan karena di malam hari tampak paling besar dan paling terang dibanding dengan benda-benda langit yang lain –setidaknya dari sudut pandang pengamat di bumi-  . Sehingga bulan menjadi opsi yang paling bagus untuk proyeksi kita dalam menentukan arah kiblat di malam hari.

Di tulisan kali ini kita akan membahas khususnya menentukan arah kiblat dengan meggunakan proyeksi Bulan sebagai acuanya. Untuk benda-bena langit yang lain Insyaallah akan di bahas dalam tulisan-tulisan berikutnya  ... 

Seebelumnya ada beberapa data yang perlu diketahui dan dipersiapkan terlebih dahulu, diantaranya:

Data-data yang perlu di persiapkan:
1.      Lintang tempat
2.      Bujur tempat
3.      Waktu pembidikan
4.      Equation of time
5.      Deklinasi bulan
6.      Apparent right ascension Bulan ( ARA( )
7.      Apparent right ascension Matahari ( ARA0 )
          Semua data-data di atas bisa kita dapatkan dalam tabel ephemeris. Perlu diingat nantinya dalam tabel ephemeris standar waktu yang digunakan adalah waktu GMT (Greenwich Mean Time). Sehingga ketika kita mau menggunakan data-data di tabel tersebut waktunya harus di konversikan terlebih dahulu, yakni waktu setempat dikurangi 7 (WIB), dikurangi 8 (WIT) dan dikurangi 9 (WIT) maka akan menjadi waktu GMT.

Langkah-langkah:

Pertama kita bidik bulan. kita bisa memanfaatkan theodolit -sebenarnya jika memakai alat-alat seperti Mizwala, Istiwa'aini juga bisa. karena prinsip kerjanya juga hampir sama, namun sayangnya pada alat-alat tersebut tidak ada lensa/teropong pembidik maka kita akan kesusahan untuk membidik bulan atau bisa juga menggunakan alat sepertti qibla laser yang di rancang sendiri oleh Fahrin, mahasiswa Ilmu Falak Walisongo Semarang Semester 8.

Ketika bidikanya sudah tepat, kemudian kita catat jam berapa. Maka itu menjadi waktu pembidikan. Setelah itu kita kunci supaya posisinya tidak berubah. Kemudian di nolkan. Setelah dinolkan, kemudian lakukan beberapa perhitungan sebagai berikut:
  •   Menghitung sudut waktu Matahari (t0) 
Rumusnya:

t0 = WD + e – (BD – BT) ÷ 15 – 12 = ... ×15
Keteranagn rumus:
t           = Sudut waktu matahari
WD      = Waktu daerah (WIB, WITA, WIT)
e          = Equation of time
BD       = Bujur daerah yaitu (WIB=105˚; WITA=120˚; WIT=135˚)
BT        = Bujur tempat. 

  • Menghitung sudut waktu bulan 

Rumusnya:
t(  = ARA0  + t0   - ARA(  
Bila hasil sudut waktu negatif, berarti posisi bulan mengarah ke arah timur, dan bila positif berarti posisi bulan mengarah ke barat. Untuk perhitungan selanjutnya, jika sudut waktu bulan negatif, maka hendaknya diabsholutkan.
  • Menghitung tinggi bulan (h( )
Rumusnya:
Sin h(   = sin fx sin d( + cos fx cos d( . cos t(
Keterangan rumus:
h( = Tinggi bulan
fx = lintang tempat
d( = Deklinasi bulan
t( = Sudut waktu bulan
  • Menghitung Arah bulan A(
Rumusnya: 

Cotan A(         = tan d( cos fx : sin t( – sin fx : tan t(

Jika sudah diketahui arah bulanya, kemudian mencari azimuth bulan;

jika Arah bulan minus (S-B), maka Az = 180˚ +  A(
jika Arah bulan Positif (UB), maka Az = 360˚ - A(


Setelah melakukan perhitungan-perhitungan di atas. Kemudian kita mencari Beda Azimuth (Ba). Rumusnya adalah  = Azimuth kiblat – Azimuth bulan
*jika hasilnya negatip ditambah 360˚.

Kemudian ketika sudah diketahui beda Azimuthnya berapa, putar theodolite searah jarum jam mulai dari titik 0˚ lingkaran ke arah sebesar angka beda azimuth (Ba). Maka itu adalah arah Kiblat.

________________
NB*
Untuk tulisan selanjutnya Insyaallah akan membahas, "Bagaimana sih jika kita mau menentukan arah kiblat di malam hari dengan menggunakan proyeksi benda-benda langit selain bulan. Misalkan seperti Mars, Venus, Jupiter dll... . . Di jamin nggak kalah seru deh.  So.. Tunggu aja yah :)

1 comment for "Menentukan Arah Kiblat di Malam Hari (Bagian I)"

Comment Author Avatar
This comment has been removed by a blog administrator.