Gawang Lokasi, Alat Sederhana untuk Merukyat
Gawang
lokasi merupakan buah hasil karya asli anak bangsa yaitu KH. Sa’doedin Djambek
(Ulama Ahli Falak Sumatera Asal Sumatera Barat) bersama dengan KH. T. Tangsoban
(Ulama Ahli Falak Asal Sukabumi), sehingga alat ini populer di kalangan ahli
hisab rukyat dengan nama “BEKTANG”. Setelah beberapa dipakai Rukyat, alat ini
disempurnakan dan disesuaikan dengan perjalanan “kemiringan hilal” kurang lebih
15̊ oleh bapak Drs. H. Wahyu Widiana, MA.
Salah seorang ahli Hisab-Rukyat Indonesia.
Bagian-bagian
gawang lokasi
Gawang
lokasi adalah sebuah alat sederhana yang digunakan untuk menentukan ancer-ancer
posisi hilal dalam pelaksanaan rukyah. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu:
- Tiang pengincar, sebuiah tiang tegak terbuat dari besi yang tingginya sekitar satu sampai satu setenga meter dan pada puncaknya diberi lobang kecil untuk mengincar hilal.
- Gawang lokasi. Yaitu dua buah tiang tegak, terbuat dari besi berongga semacam pipa. Pada ketinggian yang sama dengan tinggi tiang teropopng, kedua tiang tersebut dihubungkan oleh mistar datar, sepanjang kira-kira 15 sampai 20 sentimeter, sehingga kalau kita melihat melalui lobang kecil yang terdapat pada ujung tiang pengincar menyinggung garia atas mistar tersebut, pandangan kita akan menembus persis permukaan air laut yang merupaka ufuk mar’i (visible horizon). Di atas tiang tersebut terdapat pula dua buah tiang besi yang atasnya sudah dihubuingkan oleh mistar mendatar, kedua tiang ini dimasukkan kedalam rongga dua tiang pertama, sehingga tinggi rendahnya dapat di stel menurut tinggi hilal pada saat observasi. Jarak yan baik antara tiang pengincar dn gawang lokasi sekitar lima meter atau lebih. Jadi fungsi gawang lokasi ini adalah untuk melokalisir pandangan kita agar tertuju kea rah posisi hilal yang sudah diperhitungkan lebih dulu.
Untuk
mempergunakan alat ini, kita harus sudah punya hasil perhitungan tentang tinggi
dan azimuth hilal dan pada tempat tersebut harus sudah terdapat arah mata angin
yang cermat.
Dimana
rumus untuk mencari tinggi hilal mar’i adalah h’'( = h( - Par + Ref + ku, yakni
tinggi bulan haqiqi di kurangi parallakz yang sudah diinterpolasi ditambah
refraksi dan ditambah kerendahan ufuk.
Sedangkan untuk mencari Azimuth hilal rumusnya Cotan A( = tan d( cos fx :
sin t( –
sin fx : tan t( . Keterangan:
A( adalah Arah
hilal
d( adalah
deklinasi bulan
fx adalah
lintang tempat
t( adalah sudut
waktu bulan
Setelah
diketahuia arah hilal kemudian menghitung azimuthnya, jika hasilnya positif
berarti arah hilal dihitung dari Utara-Barat (UB) maka azimutnya adalah 3600 – Arah hilal.
Dan jika Arah hilal tadi negatif maka arah hilal dihitung dari Selatang-Barat
(SB) maka azimuthnya adalah 1800 + arah
hilal.
Rukyah Dengan Gawang Lokasi
Apabila
rukyat menggunakan Gawang Lokasi, maka yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Kompas
diletakkan di tempat yang datar serta bebas dari pengaruh magnet.
Yakni kompas diletakkan
di tempat yang datar serta bebas dari pengaruh magnit. Kemudian benang atau
tali ditarik ke arah barat dan timur melintasi tepat titik pusat kompas.
Periksalah benang atau tali itu tepat menunjukkan arah Barat dan Timur, yakni
bila jarum kompas yang utara tepat pada 0˚ maka arah titik timur adalah 90˚ dan
titik barat adalah 270˚. Lebih lanjut dikoreksi dengan variasi kompas.
2. Benang
ditarik kearah barat dan timur dengan melintasi tepat titik pusat kompas,
kemudian dicari arah titik barat dan titik timur, lebih lanjut dikoreksi dengan
variasi kompas. Dengan demikian, benang ini menggambarkan adanya garis lurus
yang mengarah ke titik barat dan titik timur sejati.
3. Menentukan
sebuah titik di benang atau garis tersebut (no.2) bagian timur, misalnya dengan
titik P.
4. Dari
titik P (no.3) diukur ke barat sepanjang ... meter (misalnya 3 meter), kemudian
diberi titik B, sehingga terbuat garis PB.
5. Pada
titik B (no.4) ini dibuat garis tegak lurus ke utara dan atau ke selatan sesuai
arah terbenam hilal pada saat itu (besar sudut B = 90 derajat).
6. Pada garis (n0.5) ini, kemudian dari titik B
diukur sepanjang harga rumus 4 atau BG =
tan AHT × PB (ingat langkah no. 4 Panjang garis PB berapa meter).
7. Ujung
hasil ukur (no.6) diberi titik G, sehingga terbuatlah garis BG.
8. Di
titik G inilah diletakkan tiang Gawang Lokasi yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Sedangkan tiang lubang pengincar diletakkan di titik P.
9. (Usahakan
betul-betul tegak, jangan sampai miring. Untuk itu gunakan lot atau bandul atau
pendulum).
10. Lubang
pengincar disetel sedemikian rupa (naik turun) sesuai ketinggian mata orang
yang akan melakukan pengincaran.
11. Gawang
lokasi disetel pula (naik turun) pula hingga antara lubang pengincar , sisi
bawah Gawang Lokasi, dan ufuk tepat pada satu garis lurus.
12. Sisi
atas Gawang Lokasi (SAG) disetel (naik-turun) setinggi harga rumus 3 atau SAG = (PB ÷ cos AHM) × tan H Dengan
demikian posisi hilal sesaat setelah matahari terbenam sudah terlokalisir,
yaitu bila dilihat dari lubang pengincar maka hilal itu berada di dalam gawang
lokasi.
13. Menunggu
saat matahari terbenam sambil mengamati ketebalan awan di daerah lokasi hilal.
Di samping itu, kesempatan ini digunakan pula untuk mengisi daftar perukyat.
14. Setelah
saat matahari terbenam tiba, seluruh pandangan dan perhatian diarahkan pada
posisi hilal yang sudah dilokalisir tadi. Serta salah seorang tim berusaha
melihat hilal lewat lobang pengincar sambil memberikan informasi kepada
pencatat yang berada disebelahnya, aar ditulis dalam berita acara yang sudah
dipersiapkan sebelumnya. Usaha untuk melihat hilal ini terus dilakukan sampai
diperhitungkan hilal itu terbenam.
15. Apabila
telah dapat melihat hilal, dianjurkan terus berdo’a sebagaimana do’a Nabi saw.
“Allahumma ahillahu
‘alaina, bil amani wal iman wassalamati wal islamiRabby wa Rabbukallahu”
Setelah
rukyat selesei, tim harus mengambil kesimpulan hasil rukyat yang baru saja
dilakukan, yakni tentang tampak atau tidak tampaknya hilal, sebagai bahan
laporan kepada pihak yan berwenang.
Sedikit Ulasan
Melakukan
rukyat dengan alat “Gawang Lokasi” perukyat bisa langsung fokus terhadap objek
yang dituju (hilal) dengan mata telanjang, tanpa alat bantu mata semacam kaca
atau cermin seperti dalam teropong maupun teleskop. Namun meskipun gawang
lokasi ini terbilang merupakan sebuah alat yang sederhana dan relatif murah,
namun tidak kalah akurat dengan alat-alat rukyah yang lain seperti theodolite,
teleskop dan lain-lain.
Gawang
Lokasi juga memakai prinsip yang sama dengan theodolite, dimana theodolite mengunakan
dua sumbu. Yaitu HA (Horizontal Anle)
dan VA (Vertikal Angle), Azimuth
sebuah benda lanit juga altitude atau ketinggian dari suatu benda langit. Dalam
Gawang lokasi pun juga begitu, mengandalkan Azimuth dan altitude daripada
hilal.
Dalam penggunaan gawang lokasi ada
beberapa hal yang harus dierhatikan, pertama: Tempat yang dipergunakan untuk
lokasi memasang gawang lokasi harus benar-benar datar. Dan posisi gawang lokasi
haruslah tegak tidak boleh miring karena itu nanti akan mempengaruhi pada fokus
pandang. Disamping itu dalam prakteknya juga gawang lokasi tidak bisa berdiri
sendiri, ia masih membutuhkan kompas untuk mencari arah Utara – Selatan,
Barat-Timur. Sebenarnya bisa tanpa menggunakan kompa, yakni dengan menggunakan
sinar matahari namun hal ini akan sedikit merepotkan. Hingga sekarang gawang
lokasi masih sering digunakan untuk merukyat.
1 comment for "Gawang Lokasi, Alat Sederhana untuk Merukyat"