Mengapa Harus Menulis (?)

Menulis adalah sebuah aktifitas yang sudah seharusnya dijadikan sebuah kebutuhan. Selain sebagai alat komunikasi menulis juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai media mengekspresikan diri. Tidak semua hal yang membenak dalam pikiran dan perasaan berhasil diterjemahkan oleh pita suara. Pada saat kondisi seperti ini orang akan lebih memilih melamun, merenung, bahkan tak jarang yang menangis. Keinginan untuk berbicara punah seketika.

Ketika menulis, perasaanlah yang akan berbicara. Gerakan penanya bak sebuah kode rumit dari sebuah perasaan abstrak tak tergambarkan. Yang mampu mentransfernya menjadi sebuah deret kata yang menjadi sebuah kisah berharga. Semakin dahsyat apa yang sedang dibendung, semakin deras tulisan itu mengalir. Semakin dalam bekas luka yang menyayat, semakin dalam kandungan makna sebuah tulisan. Bahagia, sedih, kecewa, putus asa, hingga hal-hal yang 'Maha Abstrak' seperti Cinta dan Tuhan. Semua bisa ditulis. Kalian pastinya juga sudah tahu, Cinta sudah ada sejak manusia pertama kali diciptakan, Cinta antara Adam dan Hawa. Yang pada saat itu muncul pula Nafsu. Namun demikian hingga sekarang, dan bahkan hingga waktu yang tak terhingga, tulisan tentang Cinta akan terus mengalir deras. Begitu juga tentang Tuhan.

Image: http://www.wikihow.com/Image:Write-a-Diary-Step-03.jpg

Masalahnya, bisa jadi orang punya keinginan kuat untuk menulis. Namun sejak kata pertama berhasil ditulis, bisa-bisa semangat menulisnya memudar. Malas. Memang memiliki tulisan jelek itu menyebalkan. Terkadang sudah berusaha berlatih dan membaguskan tulisan, tapi tetap saja. Jelek. Terlebih lagi jika akan membuat surat cinta. "Aah, bagaimana aku akan menulis surat untuknya, dengan tulisan jelek begini?". Disamping itu orang yang memiliki tulisan jelek rentan bernasib sial dalam hal studi. Karena dapat dipastikan ia akan lemah dalam soal-soal esai. Ada hal yang dikhawatirkan selain benar atau salahnya sebuah jawaban, namun, bisakah tulisannya dibaca oleh sang Dosen (?)  

Secara teori sebenarnya hal itu bisa dilatih, sehingga bisa berbenah. Namun di lapangan, merupakan hal yang rentan tak terpikirkan. Karena banyak yang meyakini, bahwa masing-masing orang memiliki gaya tulisan sendiri, terlepas tulisan itu jelek atau bagus. Mungkin karena itulah, sehingga ada sebuah ilmu yang bisa mengetahui sifat dan kepribadian seseorang hanya dengan melihat tulisanya.

Sejujurnya, saya juga termasuk yang tulisanya jelek. Saya juga punya buku Diary, meski saya baru bisa punya buku Diary sejak SMA, namun sejak SD sebenarnya saya sudah memiliki keinginan untuk memilikinya. Hanya saja waktu itu, buku Diary identik dengan Cewek. Saya juga sendiri tidak tahu mengapa bisa demikian. Saya masih ingat, waktu itu saya masih duduk di kelas 1 SD. Dibanding dengan tulisan saya, tulisan teman-teman sekelas lainya lebih bagus, bahkan Guru saya juiga pernah mengatakan kalau tulisan saya memang jelek. Meski tulisan yang lain lebih bagus, namun saya tergolong  siswa yang bisa membaca lebih awal dibanding yang lain.

Sekarang saya tidak lagi menulis di buku Diary. Karena sekarang, saya sudah punya 'rumah' ini. Jika sekarang saya masih belum memiliki rumah pribadi di dunia nyata (Karena belum berkeluarga). Setidaknya saya sudah punya 'rumah' di dunia yang orang-orang sebut maya ini. Ya, blog ini adalah rumah saya. Karena rumah saya, saya bebas berekspresi di dalamnya, saya bebas untuk mengaturnya, saya bebas untuk mendesainya, saya bebas menaruh perabot-perabot di dalamnya, saya bebas untuk mengisinya semau saya. Saya bisa bagikan apa yang ingin saya bagikan, dan jika tidak, saya bisa menyembunyikanya untuk diri saya sendiri.

Dan satu hal lagi, Tak ada tulisan yang paling berharga di dunia ini selain tulisan sendiri.
Menulislah sekarang. Dan 10 tahun mendatang, 20 tahun mendatang, dengan tersenyum, bahkan tertawa terpingkal-pingkal saat membacanya. Kamu akan mendapatkan jawaban, mengapa saat ini kamu harus menulis.

Semoga Bermanfaat .. ^_^