Yogyakarta Kota Sejuta Wisata
Secara formal libur kampus hanya
dua hari dalam seminggu, namun di semester enam ini angkatan gue kejatuhan
libur satu hari lagi, yakni hari Jumat sehingga menjadi long weekend. Seperti
biasa banyak cara untuk memanfaatkan long weeekend ini. Adakalanya untuk
menyelesaikan tugas, berorganisasi, dan adakalanya juga untuk liburan.
Nah, long weekend kemaren
(24,25,26/4/15) menjadi the perfect weekend bagi gue. Kenapa? Karena full
selama tiga hari itu (Jumat, Sabtu, Minggu) gue isi dengan travelling alias
halan-halan . Bahkan start dimulai Jumat Pagi, dan berakhir Minggu malamnya.
Nah selama tiga hari itu secara
kasaran gue travelling di dua tempat,
atau bisa dikatan tiga tempat. Jogja, Temanggung, dan Dieng. Pada coretan kali
ini gue cerita yang pas di Jogja dulu.
Jujur saja, ini baru pertama kalinya
gue travelling ke jogja, cuman berdua, dan naek motor !! Sebelumnya sih udah
pernah, cuman rombongan, naik bis atau mobil.
Nah, capcussss ... Start untuk ke
Jogja dimulai pukul 10.00 WIB dari Jrakah Semarang. Hari Jumat. Sempet terjadi
insiden, mungkin karena sudah waktunya Jumatan tapi gue masih aja tancap gas
kali yah. Sehingga ban motor belakang yang gue naikin bocor mendadak, dan
sempet oleng. Jatuh. Untung-untungnya badan tak mengapa, motor juga tak
mengapa. Hanya sedikit luka yang terbilang tidak begitu seberapa. Uda tambal
ban pada tutup semua, hujan lagi. Akhirnya asar baru bisa melanjutkan
perjalanan.
Sampai di Jogja sekitar pukul
19.30 WIB. Waktu itu Jogja masih diguyur hujan sedang. Dan jauh sebelum sampai
Jogja, bahkan masih dari Semarang sampai Jogja selama perjalanan hujan terus
turun. Disini kadang gue merasa sedih. Hha ... Gak-gak itulah yang namanya
resiko, atau tantangan yang bagaimanapun harus siap dihadapi kala mau
melancong.
Malioboror yang terkenal itu
Siapa sih yang gak kenal Jogja
dengan Malioboronya? Jalan satu ini begitu terkenal di Jogja, bahkan identik
tidak akan lengkap jika pergi ke Jogja tapi belum mampir ke Malioboro. Bahkan
untuk berfoto di penanda jalan Malioboro pun orang terkadang harus mengantri.
Jalan
satu ini menjadi tujuan destinasi pertama kita. Niat awal ke
Malioboro sebenernya mau pas Jumat malamnya, karena Malioboro akan semakin
hidup kala malam datang. Eh dalah, ternyata malam itu Jogja masih juga terus
diguyur hujan. Sehingga pagi esok harinya baru bisa kesampaian ke Malioboro.
Jalan-jalan pagi hari di Malioboro
justru gue mendapati suasana yang berbeda. Mungkin bisa dikata jalan-jalan
malam hari di Malioboro sudah mainstream kali ya, namun jalan-jalan di
pagi hari di Malioboro menjadi hal baru bagi gue.
Pada pagi hari di Malioboro
kehidupan kembali normal, jalanan yang pada malam harinya biasa ditutup buat
jalan kaki saja, di pagi hari sudah bisa dilewati kembali. Lokasi Malioboro
yang berada di kawasan Kota, membuat jalanan satu ini mudah untuk dijangkau.
Parangtritis dengan deburan ombaknya
Sebelumnya Parangtritis tidak
masuk dalam list yang akan kita kunjungi, yang menjadi tujuan pertama adalah
pantai Indrayanti. Namun apa kata, jarak Indrayanti yang jauh (kata orang
sekitar 60 KM lebih dari Kota) membuat kita berpikir ulang. Dan akhirnya
pilihan jatuh untuk ke Parangtritis. Sebenarnya pantai satu ini sudah terlalu
mainstream. Namun nyatanya gue juga belum pernah kesono. Sehingga tak ada
salahnya untuk mencoba. Namun sebelumnya
nemenin temen gue ketemuan sama temenya di UIN Sunan Kalijaga, ya reonianlah.
Menuju Parangtritis mengambil arah
bantul, dan terus saja hingga nanti ada rambu-rambu yang menunjukkan ke arah
Parangtritis. Untuk tiket masuknya Rp.5000 /Org, dan tiket parkir motornya Rp.
3000 /Org. Saran gue cari parkir motor paling deket dengan pantai aja, biar
kagak jauh-jauh.
Parangtritis termasuk pantai
berpasir hitam, ada juga yang menyebutnya abu-abu. Namun salah satu keunggulan
pantai satu ini menurut gue, yakni Parangtritis memiliki pantai yang luas,
Jarak pantai dengan air laut masih jauh. Sehingga kita bisa menemukan hamparan
padang pasir disana.
Keraton Ngayogyakarto
Tujuan travelling di Jogja berikutnya
adalah Keraton Ngayogyakarto. Lokasinya berada di dekat alun-alun Jogja, deket
dari lokasi Keraton juga terdapat masjid Agung. Tiket masuk Kraton Rp.5000
/Org. Dan parkir Motor Rp. 3000 /Motor.
Untuk sejarah Keraton ini sendiri
bisa searching di Google, sudah banyak informasi mengenai Keraton Jogja ini yang
berseliweran di jagad maya. Namun tak ubahnya dengan Keraton-keraton lain, di
Keraton Ngayogyakarta juga akan identik dengan benda-benda peninggalan, dan
bangunan-bangunan bersejarah.
Di Keraton kita cuman sebentar aj,
hanya sekedar berfoto-foto ria dan mampir ke Toilet, setelah itu keluar..hhe.
Karena mengingat waktu juga yang sudah mulai beranjak sore.
Sebagai epilog. Akhirnya berhasil
juga membeli bak Pia, meskipun harus menyerah untuk membeli di toko. Karena
tadinya berniat membeli di pabrik produksinya langsung, namun tidak
ketemu-ketemu. Meskipun sudah muter-muter beberapa kali.
Jogja masih menyisakan sederet wisata yang belum gue kunjungi, ya kapan-kapanlah semoga bisa bersua kembali kesana #eaaa. Finally, setelah makan sore di Pujaseranya
Malioboro, sekitar pukul. 16.00 WIB. Kita bertolak dari Jogja menuju Temanggung
untuk Travelling selanjutnya J .
Post a Comment for "Yogyakarta Kota Sejuta Wisata"
Post a Comment