Memetik 'Sun Rise' Sikunir, Negeri Di Atas Awan

Malam di desa Sembungan benar-benar dingin. Bahkan selimut tebal home stay yang saya tempati tak cukup tebal untuk membunuh dinginya malam itu. Butuh beberapa saat setelah menenggelamkan sekujur tubuh dalam selimut tebal, hingga akhirnya bisa terbenam dalam mimpi.

Mata ini kembali terbuka pukul 03.30 WIB. Hati pun lantas bersysukur, karena tak bangun kesiangan (seperti biasanya J he). Padahal dengan telat sedikit saja , kesempatan untuk berburu menikmati sun rise bisa jadi lenyap. Malam itu saya dan teman saya menginap di salah satu home stay di desa Sembungan, Dieng. Menyewa dua kamar sekaligus, satu untuk saya dan satunya lagi untuk teman saya. Sengaja kami memilih home stay yang letaknya tidak jauh dari bukit sikunir dengan maksud supaya tidak perlu pagi-pagi sekali untuk berangkat ke sikunir, karena lokasinya dekat. Akhirnya pada pukul 04.30 WIB, setelah bersih-bersih dan solat subuh, kami baru meninggalkan home stay dan berjibaku dengan dinginya pagi Sembungan menuju sikunir.

Agenda pertama kami di 'Negeri di atas awan' ini adalah memburu Sun rise sikunir. Seperti yang telah diketahui, Sun rise di sikunir begitu terkenal akan keindahanya dan dari atas sana pemandanganya begitu eksotis. Oleh karena itu saya semakin penasaran untuk ikut membuktikanya.

Tak butuh waktu lama, kurang dari 10 menit kami sudah sampai di kaki bukit sikunir. Sampai di sana, seperti para traveller lainya, kami langsung memarkirkan motor dengan membayar uang parkir Rp. 2 rbu/motor. Sebelum akhirnya mendaki, dinginya pagi itu memaksa saya untuk membeli syal dan penutup kepala yang dijajakan di sekitar parkiran.

Pendakian ke puncak sikunir pun dimulai, Jam di hanphone menunjukkan pukul 04.50 WIB saat itu suasana masih gelap. Namun tidak untuk langitnya, langit sikunir begitu indah. Bintang-bintang seakan begitu rendah saking cerahnya. Ditambah dengan Jupiter yang sedang ber-oposisi sempurna. Beberapa rombongan juga terlihat memiliki pendakian yang sama. Jumlahnya akan lebih banyak ketika akhir pekan.

Hati berdebar-debar tak sabar kala puncak sudah mulai terlihat. Dan sesampai puncak, sesaat saya terdiam, takjub dengan apa yang terhampar di depan mata. "Bener-bener Negeri di atas awan", kalimat itulah yang keluar pertama kali terucap. Saat itu beberapa orang sudah sampai puncak terlebih dahulu, dan pada bergegas mencari posisi yang enak sambil menunggu Sun rise, tak terkecuali dengan kami.

Seketika pandangan semua mata lekat-lekat mengarah ke timur, dimana semburat emas sudah mulai nampak. Dan perlahan mentari mulai menampakkan ke indahanya. Ya, begitu indah. Akhirnya saya bisa ikut membuktikan, Golden Sun rise  Sikunir Dieng yang terkenal itu.






Post a Comment for "Memetik 'Sun Rise' Sikunir, Negeri Di Atas Awan"